Selamat Datang Di Blog Pribadi Jumawan Jasman

Slide

Sabtu, 07 Januari 2012

Pendakian Mountain Latimojong

Seusai merayaka hari Kebesaran umat islam yakni Hari Raya Idul Fitri pada tanggal 12 oktober 2007 Masehi bertepatan dengan 1428 H dengan hari jumat. Umat Islam di saat seperti ini sangat bahagia, saling mengunjungi dan maaf - maafan.

Lima hari seusainya pelaksanaan Hari Kebesaran Umat Islam itu bersama orang tua di kampung kemudian aku dikejut dengan HP ku berbunyi. Aku pun langsung membuka HP ku ternyata ada sms dari saudara umar yang mana isi sms tersebut "Kita berangkat mendaki di gunung latimojong pada hari rabu tanggal 17 Oktober 2007".Wah, cepat banget berangkat padahal ini masih suasana bahagia itu pikirku. Dilain sisi aku juga belum pernah mendaki gunung apalagi gunung latimojong yang mana cerita orang - orang sangat tinggi dan berbahaya. Tetapi rasa penasaranku yag besar untuk berangkat mendaki dan kesiapanku belum ada.Namun aku tetap mengambil keputusan untuk untuk kembali ke Kampus (Jl.Jendral Sudirman KM 03 Binturu Kota Palopo besok dan ikut mendaki bersama rekan - rekan Pecinta Alam Mapala STIE Muhammadiyah Palopo.

Esok paginya sekitar pukul 7.30 Wita, aku berangkat meninggalkan kampung halaman menuju kampus. Diperjalanan hatiku sangat gelisah karena takut tertinggal dari teman - teman. Ditengah perjalanan tepatnya di Padang Sappa, mobil yang aku tumpangi mengalami kerusakan (Bannya Meletus), Hatipun semakin tak bersahabat. Berselang waktu yang cukup lama akhirnya ban tersebut sudah selesai diganti. Perjalananku kali ini sangat terasa lama, ini disebabkan perasaan yang menggebu - gebu. Sekitar pukul 09.30 Wita baru tiba dikampus yang biasanya hanya membutuhkan 1,5 jam waktu tempuhnya.
Aku pun masuk di dalam kampus dan tidak melihat seseorang pun, aku pikir, wah udah ketinggalan nih... Namun untuk memastikan pikiranku itu, kulangkahkan kaki ke Posko Mapala dan langsung memeriksa perlengkapan tapi pikiranku itu salah ternyata perlengkapan masih ada dan kutatap ke beberapa kamar ternyata mereka masih tertidur nyenyak.
Singkat cerita, aku berangkat ke Aspuri (Asrama Perempuan) dan bertemu dengan saudari Ani untuk memberi intruksi kepastiannya. Kutelpon saudara Umar untuk memastikan keberangkatan tersebut, dan dia pun mengatakan tunggu saja saya disitu, nanti dibicarakan bagaimana baiknya. Kubilang, OK.
Tak lama dia pun tiba di Aspuri, dan berbicara panjang lebar akhirnya tercipta sebuah keputusan untuk jadi berangkat.

Kami mempersiapkan logistik, perlengkapa, memastikan siapa yang akan berangkat, perencanaan dan lain - lain. Dalam mempersiapkan semua itu cukup memerlukan waktu. Sekitar pukul 15.00 Wita semua persiapan sudah rampung dan clear.

Pada pukul 16.00 Wita kami pun meninggalkan kampus mengendarai mobilnya Ketua STIE Muhammadiyah Palopo (Drs.Suhardi M.Anwar,MM.) ke lebang. Untuk tiba di lebang hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Setiba di lebang (jalan menuju ke Kab.Tana Toraja) kami pun menurunkan semua perlengkapan dan mobil itu meninggalkan kami menuju ke kampus.

Lanjut cerita, kami jalan kaki ke Pos Polisi yang tidak terlalu jauh demi bisa gratis ke Kab. Tana Toraja, ini kebiasaan yang dilakukan oleh pendaki - pendaki (naik kendaraan apapun yang penting gratis). Namun ditengah perjalanan Saudara Umar lupa membawa bendera Mapala sehingga dia menghubungi saudara Agho untuk membawa bendera tersebut karena kebetulan dia juga mau menemani kami menunggu mobil gratis. Setiba kami di Pos Polisi I, kami istirahat sambil menunggu saudara agho. Tidak terasa mereka (Agho, Jusman, Arif) datang berkendaran motor.

Berhubung hujang kami agak lama menunggu di Pos Polisi dan belum ada kendaraan. Setelah hujan mereda kami pun menuju ke Pos Polisi II sebagai tempat persinggahan yang akan masuk dan keluar di Kota Palopo. Ditempat inilah kami menunggu mobil truk, Penantian yang cukup lama, mulai dari sore sekitar pukul 17.00 Wita sampai 21.00 Wita. Keadaan seperti inilah yang membutuhkan kesabaran.
Pada pukul 21.00 Wita kami meninggalkan Kota Palopo naik mobil truk yang akan ke Sudu (Enrekang). Mobil truk tersebut hanya sedikit yang dipasangi terpal dan di bawah terpal inilah kami tempati. Walaupun kondisi hujan yang sangat teras tapi itu tidak menghambat kami.

Suasana selama perjalanan yang sangat sulit diterima bagi sebagian manusia, diatas kendaraan yang tidak ada sopa, hujan yang menguyur, tidur tidak bisa, kepala sakit, dingin serta serba tidak nyaman. Entah dimana lokasinya saya pun mabuk. Selama perjalanan ini hujan tidak pernah berhenti.Begitulah hal membuat kita untuk terus sabar dan merasakan penderitaan.

Sekitar pukul 00.30 Wita kami pun tiba di Sudu, semua perlengkapan kami turunkan dari mobil setelah itu kami mencari lokasi untuk istirahat. Selanjutnya muncul masalah lagi (Lapar) dan air bersih susah ditemukan dalam keadaan yang sangat sunyi. Karena pintarnya Saudara Ikhsan Kamli, dia pun menemukan air bersih dan dia langsung menyalakan kompor (Yang biasa disebut teman - teman, kompor laptop) dan memasak air untuk siram sarimi dan bikin kopi.

Seuasai makan dan minum kopi kami pun mencari tempat yang bisa ditempati tidur, kami berempat berjalan kaki, ditengah perjalanan saudara atto mengatakan ini tempat yang bagus untuk ditempati tidur, namun dicek ternyata tempat ayam potong (kandang) yang berjejer di pinggir jalan. Kami pun menertawainya. kami pun melanjutkan pencarian sambil diiringi tertawa terbahak mengingat kejadian tersebut. Beberapa selang kami menemukan tempat yang bagus yakni di Mesjid sekolah.

Hari kedua (Kamis) Tanggal 18 Oktober 2007

Sekitar pukul 01.00 Wita kami semua tidur walaupun dingin tapi faktor capek sehingga rasa dingin terpinggirkan. Sekitar pukul 05.00 Wita kami terbangun karena dingin kemudian melakukan shalat shubuh. Seusai itu kami sarapan apa adanya (siram sarimi). Begitu indah suasana pagi, sambil minum kopi dan menikmati sebatang rokok menyambut sinar matahari pagi. Kemudian kami packing dan hanya sikat gigi tanpa mandi lalu meninggalkan mesjid tersebut, Baru beberapa langkah kami menyadari bahwa sekolah SMA Muhammadiyah yang kami tempati istirahat semalam.

Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan mengandalkan kaki, inilah modal utama yang sering menjadi tolak ukur anak pecinta alam dalam melakukan ekspedisi. Untuk mengirit tenaga tak jauh kami berjalan kaki, kami naik kendaraan pete - pete yang akan mengarah ke pasar Baraka. Disepanjang perjalanan fanorama lingkungan sangat hijau dan enak di pandang mata.

Sekitar pukul 08.30 Wita kami tiba di Pasar Baraka, kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Dibaraka ada dua (2) jalur sesudah jembatan ada kekiri dan kekanan. Kami menggunakan jalur pasui, belalang, wawai, karangan. Saya kurang tau berapa jaraknya yang kami tempuh dan kondisi jalan yang baik bagi kendaraan tapi tidak bagus untuk berjalan kaki karena aspal. Medannya pun terkadang mendatar, menurun, mendaki serta teriknya sinar matahari seakan membakar kulit. Tapi ada kejadian yang kuanggap lucu yakni saudara Ikhsan Kamli dikira anak dari seorang perempuan gila. Dia ditarik oleh perempuan itu. Kami pun menertawainya. Jalan kaki sungguh sangat melelahkan apa lagi beban carier yang terasa semakin bertambah berat. Namun disisi lain diselang perjalanan ada juga hal - hal yang membuat kami tertawa. Berhubung kami merasa perlu istirahat dan memasak, kami pun memutuskan untuk singgah disalah satu kolom rumah penduduk yang kosong penghuni yaitu didaerah pasui sekitar pukul 11.00 Wita.

Disini juga ada kejadian yang membuat aku tertawa sendiri apa bila mengingatnya. Saudara Ikhsan Kamli yang terkenal dengan sospeknya, memanggil saya untuk berkunjung di salah satu rumah penduduk, saya pun menemaninya.. sesampai di dekat rumah yang akan kami tuju, dia pun meminta api untuk membakar rokoknya, namun dengan serta merta saat dia meminta akupun yang berada di belakangnya pas juga membakar rokokku. Wah... ngah salah tuh, kok minta korek tapi ada temannya punya korek. Namun yang kudapati disini bahwa orang pedesaan sangat ramah terhadap orang tak dikenalnya.. Tuan rumah pun memanggil kami masuk di rumahnya sambil berbincang - bincang dan memberikan kami beberapa makanan.

Waktu semakin meninggal kami, kami pun melanjutkan perjalanan, teriknya sangat panas dan tenaga terkuras serta kondisi jalan, hujan rintih kadang datang membuat kami sering singgah di pinggir jalan dan memperlambat kami tiba di target. Kondisi ini membuat kami mengalami kemalaman tetapi tidak menjadikan malam sebagai hal yang menghambat kami untuk terus bergerak, namun karena dingin kami cepat lapar akhirnya kami singgah sejenak untuk memakan snack. Kemudian melanjutkan perjalanan walaupun rasa dingin seakan menusuk kulit sampai yang terdalam dan seiring malam semakin larut. Ditengah perjalanan kami bertemu beberapa penduduk dan menyampaikan bahwa apabila sudah tiba didusun Wai - Wai, carilah rumah H.Gamma. Kami pun bertanya apa sudah dekat?? Mereka menjawab "Sudah dekat sekitar 1 kilo lagi". Tetapi kenyataan lebih dari 1 kilo. Itulah yang sering anda dapatkan apabila bertanya tentang jarak dipedesaan.

Sekitar pukul 08.00 Wita kami pun tiba didusun wai - wai dan menemukan rumah H.Gamma (Depan musholla). Rumah beliau memang dijadikan tempat istirahat oleh kalangan pendaki yang akan ke Gunung Latimojong. Beliau sangat ramah, cerdas dan sederhana. beliau menyambut kami dengan senyum manis sambil mempersilahkan kami masuk kerumah beliau sambil merendah dengan mengatakan jangan sunggan dan sangat sederhana. Kemudian beliau juga menunjukkan kami kamar untuk kami tempati istirahat. Setelah semua barang disimpan kami pun berbincang dengan beliau. Yang jelas kuingat dia mengatakan bahwa "Kemarin penduduk disini naik keatas tapi tidak bisa tembus karena badai dan kabut yang tebal". kami pun menanggapi dengan berusaha mencoba mudah - mudahan kondisi berubah. Ditengah perbincangan, kami dikejutkan dipanggil untuk makan bersama. Setelah itu kami istirahat karena satu harian melakukan perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan.

Hari ketiga, Hari Jumat tanggal 19 Oktober 2007.

Sekitar pukul 4.30 Wita, aku pun terbangun karena dingin, wah dingin banget disini tidak seperti di palopo (panas sekali) itu pikirku. Melaksanakan berbagai aktivitas, kemudian packing, menikmati suasana sambil minum teh, kemudian makan bersama. Setelah itu kami berpamit dengan beliau dan melanjutkan perjalanan lagi menuju dusun terakhir (Dusun Karangan). Sekitar pukul 10.00 Wita kami pun tiba di Dusun Karangan dan istirahat di rumah Kepala Dusun. Pada saat itu beliau sedang tidak ditempat maka kami hanya bertemu dengan istri beliau dan berbincang sebentar. Kami memasak disini sambil menunggu waktu Shalat Jumat masuk. Seusai shalat kami pun mengisi buku pendaki di rumah kepala dusun dan menyampaikan bahwa kami mendaki sampai hari minggu apabila kami tidak kembali melewati hari itu maka usahakan penduduk sini mencari kami.
Sekitar pukul 13.00 Wita kami meninggalkan kampung karangan, belum terlalu jauh kami dikejutkan oleh suara perempuan yang mengatakan bahwa kami salah jalur. Ini disebabkan oleh yang sudah lama baru mendaki lagi dan kami semua belum pernah ada yang sudah mendaki disini. Setelah ditunjukkan arah kami pun berbalik arah berjalan ditengah pohon kopi menyusuri sungai kecil. Kami singgah disungai itu untuk cuci muka dan mandi bagi yang mau mandi. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan yang serba menggunakan isting karena belum ada string yang nampak. Kemudian melewati jembatan kecil dan mendaki sekitar 70 kemiringannya ditengah kebun penduduk. Disini juga kami tersesat, kami mengambil jalur ke Gunung Nenemori beruntung ada seorang ibu yang sedang berada di kebunnya dan menyampaikan bahwa kami salah jalur seharusnya di bawah tadi. Wah.. udah capek mendaki dari bawah ternyata salah, harus turun lagi, jauh amat. Setiba dijalur benar kami menurun dulu kemudian sekitar 80 derajat kemiringannya dan agak licin jalurnya.

Kami pun tiba di pos I sambil istirahat dulu. Disini ada kejadian juga, Saudara Ikhsan Kamli yang bernyayi tapi salah seharusnya lirik lagu itu "Itu bohong" tapi yang dia ucap "Itu Pohon". Dan dia juga tidak mau merokok sedangkan kami bertiga merokok, sehingga Saudara Umar mengatakan "Bagus ini Ikhsan ditemani mendaki karena tidak mau merokok". Waktu istirahat pun habis, kami melanjutkan perjalanan, jalur disini agak berbahaya karena melewati pinggir gunung namun tidak miring sekali. Ditengah perjalanan, tiba - tiba Ikhsan tidak mau jalan lagi, diselidiki ternyata dia lapar maka kami pun istirahat makan snack lagi. Kemudian melanjutkan perjalanan. Dari pos I ke pos II jalur menurun dan banyak pohon yang tumbang yang dilewati serta pohon - pohonnya pun sangat tinggi dan gelap.

Hari Keempat Hari Sabtu, Tanggal 20 Oktober 2007

Pos II
Kami tiba di pos II sekitar pukul 17.00 Wita, berhubung sudah sore maka kami pun menetapkan bahwa kami camp disini. Pos II dekat tebing, ada aliran sungai disampingnya dan kata orang agak keramat disini. Pasang Tenda, mempersiapkan makanan malam, membuat kopi dan lain - lain. Sesudah makan, kami langsung masuk semua ditenda apabila ada yang mau keluar buang air kecil mesti ditemani karena takut. Ketika subuh datang kami berebut SB karena dinginnya minta ampun apalagi kami hanya membawa 1 buah SB. Jadi ramai deh subuh itu.

Kami pun tidak makan hanya menyiram energen dan membawa barang yang dibutuhkan selama pendakian ke puncak. Dimana rencana kami bahwa harus tiba dipuncak pas 12.00 Wita dan kembali kesini. jadi barang - barang yang tidak terlalu dibutuhkan disembunyikan dipos II. Semua perencanaan selesai kami bersih - bersih. Aku pergi ke sungai untuk gosok gigi, setelah itu mulutku terasa membengkak.

Memulai pendakian lagi menuju pos III, jalur setelah pos II memiliki kemiringan sekitar 80 derajat dan licin harus memegang sesuatu untuk naik.

POS III dan POS IV
kondisi jalur jelas, kemiringan yang landai, disekitarnya pohonya masih tinggi dan diselimuti lumut. jalurnya pun sangat mudah sehingga memudahkan kami cepat tiba di pos V.

Pos V

Di pos V pohonnya tidak terlalu tinggi, luas lokasinya untuk memasang tenda, namun untuk mengambil air sangat jauh sekitar 1 kilo menurun kemiringan yang tajam dan juga ditempat ini seram juga katanya. Dipos ini kami bertemu dengan teman - teman pendaki yang lain sementara packing dan ada juga yang sambil minum air hangat. Kami pun dipanggil singgah dan saling berkenalan, mencicipi kopi mereka dan berfoto bareng. Setelah semua packing mereka clear maka kami sama - sama berjalan menuju ke puncak.
Jalur menuju ke Pos VI sangat bagus, karena akar - akar pohon dijadikan pijakan kaki dan jelas jalurnya. Namun menghambat kami karena berjalan berkelompok.

Pos VI

Di pos ini tidak bagus untuk ditempati camp karena sumber air tidak ada, luasnya pun kecil dan tanahnya miring.
Kemiringannya pun rata 50 derajat dan bahwa ada bonus (mendatar). Pohonnya semakin rendah sekitar 3 meter ketinggiannya. Ada beberapa tempat yang sangat bagus untuk mengambil gambar.

Pos VII
Pos ini bagus juga untuk ditempati camp karena luas, ada sumber air namun kadang tidak airnya,namun terbuka lokasi. kemiringanya pun rata 40 - 60 derajat. Disini juga apabila kita mengambil jalur kanan maka kita menuju ke pemanjar dan jalur kekiri menuju puncak. Disini juga ada lokasi yang sangat luas banyak orang bilang kolam dan biasa ditempati camp juga serta aneh juga ketika musim hujan tidak airnya dilain sisi musim kemarau kadang ada airnya.

Perjalanan kepuncak sangat bersemangat walaupun kondisi fisik sangat lemah tapi kami berempat berebut posisi terdepan untuk pertama kali mencium Tugu Puncak. Persaingan ketat terjadi sambil saling mengejek, kau itu ah pendaki india kalau dapat pohon langsung memeluknya, mau menyanyi ya..

Ketinggian pohon menuju puncak hanya sekitar 1,5 meter dan bebatuan hitam yang penuhi dengan berbagai coretan menulis namanya.

Sekitar pukul 11.49 Wita kami berempat tiba di puncak dengan berbagai ucapan rasa syukur atas segala kebesaran Sang Pencipta Jagat Raya. Kami berfoto dengan berbagai gaya masing - masing dan berfoto bersama. Awan kelihatan dibawah kami. Rasa lapar sudah tidak terasa lagi. sekitar 15 menit kami menikmati indahnya puncak Gunung Latimojong, setelah merasa puas menikmatinya kami turun berhubung kami harus kembali ke pos II.

Ditengah perjalanan pulang kami bertemu dengan teman - teman dari Politeknik Unhas di pos 7 dan bertemu dengan teman - teman dari Jelajah Nusantara Makassar di Pos sambil berfoto bareng. Setelah berfoto bareng kami masing - masing melanjutkan perjalanan. Berhubung jarak masih jauh dan jam menunjukkan pukul 17.00 Wita, kami pun menetap untuk tinggal di Pos II kembali.
Sepanjang perjalanan dari pos II ke puncak saya mengamati bahwa masih rekan pendaki yang membuang sampah sembarang yang membuat kerusakan keindahan di Gunung Latimojong.

Hari Kelima, Hari Minggu tanggal 21 Oktober 2007

Packing kemudian menuju kampung karangan, sesampai di dusun karangan kami pun melapor kembali sambil berpamitan dengan Kepala Dusun Karangan. Keramahan orang disini sangat berbeda dengan di kota. Setelah berpamitan kami pun melanjutkan perjalanan. Berselang jarak yang tidak terlalu jauh kami pun memutuskan untuk naik mobil ongkos menuju baraka karena kondisi fisik yang sangat lelah. Tetapi selama perjalanan, menurut saya kalau mau dibandingkan lebih baik jalan kaki dari pada naik mobil kayak begini.

Setibanya di Baraka kami pun langsung naik pete - pete menuju Cakke. Di Cakke kami lama menunggu mobil truk yang gratis berhubung kondisi dana yang sudah menipis. Ternyata dengan bersabar kami pun dapat tumpangan ke Sudu . Ternyata mobil yang kami tumpangi hanya sampai di Sudu dan sudah malam sekitar pukul 19.15 Wita baru tiba kami pun berjalan kaki lagi. Ditengah perjalanan kami mendapat warung yang masih terbuka dan kami mendapat diskon. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan dan ketemu dengan salah satu anggota KPA yang ada di sudu untuk menginap dirumahnya kebetulan ada acara hakika dirumahnya jadi deh dapat makan enak lagi.

Hari Keenam, Hari Senin tanggal 22 Oktober 2007

Dipagi hari yang indah, kami pun meninggalkan rumah tersebut dengan mobil truk gratis keperbatasan Kab.Tana Toraja dengan Kab.Enrekang. Kemudian naik mobil pembawa Batu bata yang bebas AC ke Makale kemudian naik mobil pete - pete ke pasa Bolu (Rantepao) kemudian naik mobil Truk Gratis lagi ke Kota Palopo tepatnya di Balandai. Baru naik pete - pete ke Kampus tercinta. Sekitar pukul 14.15 Wita kami tiba di depan kampus dan disambut ceria oleh teman - teman lain.

Setiba saya dikampus tercinta hti merasa bangga krena telah pernah ada dan kakiku sudah sampai di Puncak Gunung Latimojong dan kembali dengan Selamat

Namun tidak ada foto - foto kami yang jadi karena terbakar.

Pesan saya, anda bisa mencapai apapun dengan berpikir bisa dan menjalaninya

adapun tim pendaki yaitu
1. Umar (Koordinator)
2. Jumawan Jasman (Cleaning)
3. Ikhsan Kamli (Logistik)
4. Atto (Leader)

Mudah - mudahan ini bermanfaat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wajib Meninggalkan Pesan