Selamat Datang Di Blog Pribadi Jumawan Jasman

Slide

Sabtu, 14 April 2012

Demonstrasi vs Kekerasan



Menjelang isu kenaikan BBM pada tanggal 01 April 2012, berbagai unsur turun kejalan menyampaikan berbagai bentuk penolakan atas isu tersebut. Diberbagai kota - kota di Indonesia diramaikan dengan aksi demo penolakan kenaikan BBM. Para mahasiswa - mahasiswa dari perguruan tinggi segenap penjuru negeri menjadi icon terhadap penolakan kenaikan BBM tersebut. Dan ada juga dari berbagai partai dan masyarakat luas tidak mau juga ketinggalan atas kebijakan pemerintah tersebut yang tidak pro rakyat.

Kita masuk pada intinya yang penulis ingin ditulisan pada kesempatan ini yaitu tentang hubungan demostrasi dan kekerasan.

Memang dua hal yang tidak pernah terlepas mulai runtuhnya tembok kepemimpinan Presiden Soekarno. Dimana mahasiswa - mahasiswa yang tidak terima atas kebijakan dan peristiwa negeri ini yang semakin kacau dan tidak pro rakyat turun dijalan dan meninggalkan bangku perkuliahan. Ini hanya pengingat saja atas masa lalu yang perlu dikenang oleh siapa pun.

Dengan adanya isu kenaikan BBM ini memicu adrenalin dari kaum intelektual untuk kembali ke jalan menentang keras kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat. Demonstrasi - demonstrasi semakin hari semakin marak dan hangat. Kegiatan - kegiatan menyampaikan aspirasi dari mahasiswa berubah menjadi saling dorong - mendorong, kejar - mengejar, pukul - memukul, lempar - melempar, antara pihak keamanan dan mahasiswa. Bahkan terjadi batu melawan timah panas sehingga korban luka berjatuhan di kedua pihak. Pengrusakan - pengrusakan berbagai fasilitas umum menjadi korban atas kebijakan pemerintah itu sendiri.

Kekacauan dinegeri sangat nampak berantakan tapi apa yang dikerja pemimpin bangsa ini (Susilo Bambang Yudhoyono) hanya jalan - jalan keluar negeri bertemu pejabat di negara tujuan tanpa ada hasil yang diperoleh untuk mensejahterakan rakyat. Terus kita selaku rakyat kecil mau mengaduh kepada siapa penderitaan kita jika pemimpin tidak lagi peduli kita.


Ok kembali lagi, Pasca demonstrasi besar - besaran, ada dua pendapat yang sering didengar yaitu demonstrasi itu boleh dan asalkan tidak diwarnai dengan kekerasan. Menurut hasil pemikiran penulis, para demonstrasi (Mahasiswa) merupakan seorang kaum intelektual, maka cara menyampaikan aspirasi harus dengan cara yang benar dan beretika juga. Disisi lain, para pemimpin kita pula seakan acuh dan apatis atas aspirasi yang disampaikan oleh mahasiswa. Jalan yang ditempuh oleh para pendemo ya kekerasan, dengan kekerasan saja pemerintah tidak peduli apalagi hanya sekedar orasi ilmiah. Penglihatan jauh dari masyarakat yang tidak baik itu berpendapat bahwa demo itu hanya menganggu saja.

Para pihak keamanan yang impoten atas perintah pimpinannya berusaha menjaga. Dengan perlengkapan lengkap mereka membentuk baris untuk menghalagi para demostran seakan - akan ingin berperang. Namun secara tugas mereka yaitu menengakkan hukum bukan sebaliknya.

Menurut pikiran hemat penulis, dibalik isu menaikkan BBM oleh pemerintah adalah hanya kambing hitam atas sidang - sidang para koruptor. Coba lihat kenyataan pasca dan pra isu tersebut sangat jauh. Persidangan atas para koruptor sebelumnya sangat ramai dan mulai nampak ekornya tapi bandingkan dengan pasca isu tersebut persidangan - persidangan para koruptor tidak lagi dilihat di televisi. Pemerintah memang sangat pintar soal begitu menurutku.

Negara ini banyak benih - benih para koruptor karena diberi keleluasan. Hukum tidak lagi ditegakkan untuk orang yang berduit dan punya kekuasaan tapi hukum hanya berlaku bagi rakyat kecil yang tak punya apapun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Wajib Meninggalkan Pesan